Spiderman ohh Sepidehman

28 Desember 2015 waktu itu...sehari setelah ultahnya Athier, anak keduaku.
Tidak ada persiapan khusus memang, wong bekalnya cuma kostum Spiderman yang sebenarnya aku pinjam untuk memberi surprise ke Athier yang ultah. Sebagai kejutan karena ia sangat nge-fans dengan tokoh super hero itu, aku meminjam kostum sang pahlawan berjaring ke salah satu toko andalan di kawasan Kranggan, Johar.
Tapi kupikir, buat apa juga kostum disewa tanpa diberdayakan. Berbekal dengan aktivitas dan keinginan rekan-rekan Penggiat Wisata untuk mempopulerkan salam Semarang, aku nekad.
Senin pagi, kuhubungi Adam Muda, seorang desainer progesif revolusioner yang sangat doyan kerja dan kerja bakti ra dibayar. Iapun terkaget-kaget dengan maksud yang kusampaikan, sampai cumu terbengong dan ngomong..."Yo wes sakkarepmu gus, tapi aku ra gelem tampil, aku mendampingi wae."
Tak berapa lama, kita konsep sedikit penampilan Spiderman ini, tapi hanya sedikit yang nantinya berujung cilakak dalam aksiku. Beberapa teman lain terutama wartawan dikontak agar standby di lokasi yang kita tentukan, Halaman Balaikota Semarang.
Dan ternyata bener. Kebodohan pertama yang kulakukan adalah ternyata jari jemari Spiderman terbungkus kain hingga menyerupai kaos tangan full hand, aku mulai tak bisa mengirim WA atao BBM bahkan memencet no telp karena licinnya kain dan layar HP. Beruntung ada Adam dan Taufan YD (duo Penggiat Wisata yang luar biasa semangat) yang sekali lagi sigap membantu bahkan mengeluarkan pulsa untuk menelepon.
Payah kedua berlanjut.
Aku bingung dengan pose Spiderman. Inginnya sih bergaya laksana di pilem-pilem, namun ujungnya selalu saja gagal. Beberapa pose yang disiapkan meniru poster and aksi sang tokoh, nyaris selalu gagal.
Tak kurang akal, kampanye salam Semarang-lah yang menolongku dari kemaluan ini. Menghampiri setiap orang yang berlalu lalang di kolam Balkot, aku sedikit percaya diri. Terlebih ketika mereka belum tahu apa dan bagaimana salam ini...aku bener-bener seperti hero. Pahlawan di siang bolong yang amat terik.
Beberapa yang mengenaliku berujar, Spiderman kok kriting. Ah prek, sing penting aku iso aksi mensosialisasikan salam Semarang.
Beruntungnya lagi, kawan-kawan wartawan sangat mendukung. Mereka bahkan men-setting, bagaimana akau harus bersikap sesuai kebutuhan gambar yang mereka inginkan. Yo wes ben lah isin sitik, yang penting masuk korang dan TV, pikirku.
Pun ketika rekan wartawan lain, Wamama, kebetulan punya jadwal audiensi dengan Plt Walikota saat itu Tavip Supriyanto, menjadi ajang bagiku untuk mengenalkan salam ini.
Beliau bahkan terkaget-kaget ada Spiderman masuk ruangan rapat. "Ojo ngangeti meneh mas," ujarnya melalui twitter setelah beberapa saat.
Dan kini, sang Spiderman mulai sepi order. Dilalah, kondisi keamanan Semarang juga sangat kondusif sehingga aku tak perlu bergelantungan untuk membasmi kejahatan. Selain itu, jam sewa kostum juga sudah mulai mepet, minta dikembalikan sebelum sore.
Mungkin Spiderman sudah saat perlu diganti nama menjadi Sepidehmen...

*sebait kisah kontribusi untuk Semarang



Share:

4 komentar:

  1. Balasan
    1. wkewkewke matur suwun, hanya kontribusi kecil yang mungkin tak berarti dalam kosmos revolusi negeri ini

      Hapus
  2. Balasan
    1. Hehehe...untuk berkontribusi, kadang butuh nekad dan gilak tur edyan. Ra ono sing delok tak apa, yang penting ada kontribusi untuk kota tempat kita tinggal

      Hapus