Pengunjung ramai berjubel di bawah rimbunpohon bambu |
PERTAMA
kali mendengar kehadiran Pasar Papringan, saya merasa jatuh cinta. Padahal baru
melihat berbagai makanan tradisional yang diupload di berbagai sosmed oleh
teman-teman yang sudah kesana.
Bagi saya
pribadi, makanan tradisional sendiri bukanlah hal yang istimewa. Pasalnya, saya
juga orang desa yang besar di sebuah desa bernama Kesongo di Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang. Namun meski orang kabupaten, secara de facto, desa saya
lebih dekat ke Kota Salatiga sehingga SMP dan SMA saya habis di sini.
Menariknya,
desa saya berbatasan langsung dengan Rawa Pening. Jadi komplit ada sawah, bukit
hingga perahu dan danau yang dipenuhi oleh eceng gondok.
Karena itulah
saya bilang, makanan tradisional bukanlah sesuatu yang istimewa. Latar belakang
wong deso saya, masih melekat kuat hingga saat ini.
Tapi demi
melihat eksistensi Pasar Papringan, terlebih gambar-gambar yang ditampilkan ada
makanan tradisional yang nyaris punah dan sudah susah ditemui dewasa ini, animo
saya bangkit. Saya men-declare harus mengunjungi pasar yang konon semuanya ‘dihias’
dengan ornament dari bamboo ini.
Gayung yang
bersambut saat mendapat tawaran dari Dinkop UMKM Jateng untuk nge-trip dan
salah satu agendanya mengunjungi Pasar Papringan. Antusiasme tak terbendung
membuat saya tak mau menunggu jemputan dari tempat parkir di pinggir dan
memilih berjalan kaki mendahului rombongan meski jelas tertulis jarak masih
terbentang 1,6 Km. Jarak dan berjalan kaki jelas gak ada masalah bagi wong
ndeso yang suka ngetrip ini (agak sok-sokan).
Tapi
dasar niat baik, baru berjalan 500 meter, ada seorang warga yang menawari saya
membonceng sepeda motornya. Dari dirinyalah saya banyak mendengar sisi lain
pasar ini yang intinya ada pada kata pemberdayaan.
Jadi,
sesuai perkembangan dan animo warga, sebagian warga di luar Dusun Ngadiprono
Desa Ngudimulyo Kecamatan kedu Kabupaten Temanggung ini, sudah mulai ‘mencium’
aroma rupiah. Alhasil, mereka juga mulai meminta untuk dilibatkan sebagai
pedagang di pasar tiban yang hanya ada pada Pon dan Wage ini sehingga jika
dihitung dari kalender Masehi, akan jatuh setiap hari Minggu pada dua pekan
sekali.
Namun permintaan
tersebut ditolak karena salah satunya space yang masih terbatas. Lebih dari
itu, kurasi pada setiap makanan yang dihadirkan sangatlah ketat dimana kuncinya
adalah tidak menggunakan bungkus plastik, tidak menggunakan MSG (karena micin
kita lemot mikir) serta tentunya harus tradisional dan tidak mudah ditemui di
tempat lain.
Mendengar
penuturan sekilas itu saja, saya sudah semakin terpesona lalu makin jatuh
cinta. Begitu memasuki pos penukaran, tentu saja tidak saya lewatkan untuk
mendapatkan mata uang ‘Pring’ serta mulai menyorotkan lensa saya sembari tentu
saja memencet shutter-nya hehe.
Tentu saja
stan pertama yang saya tuju adalah kuliner, apalagi saya tidak sarapan sejak
keluar dari guest house sementara waktu sudah menunjuk pukul 09.31. Mendapati aneka
bubur, bubur jangan (sayur) adalah pilihan pertama ditambah dengan gorengan
bakwan, lalu lanjut ke penjual makanan lainnya yang tentu saja sudah kuno eh
tradisional ala ndeso.
Eh eh…saya
tidakmau cerita tentang semua isi stan kuliner di sini, biar kalian saja yang
langsung ke sini, jajan semua makanannya dengan koin pring yang eksotis
sehingga bisa dijadikan gantungan kunci hihi. Lebih dari semua makanan yang
ada, Pasar Papringan sudah menjadi gantungan hidup warga di dusun ini.
Menurut penuturan
salah satu pedagang, sehari-hari ia hanyalah petani atau mencari rumput. Dengan
berjualan bubur, ia bisa mendapatkan uang Rp800 ribu setiap kali pasar dibuka.
Artinya,
kehadiran pasar tematis ini telah mampu mengangkat derajad warga sekaligus
nguri-uri melestarikan agar makanan tradisional yang langka, tidak punah. Lebih
dari itu, dengan memberdayakan warga yang notabene bukan pedagang, maka pasar
ini akan tetap ada sampai kapanpun. Karena jika murni pedagang yang berjualan
di sini, ada kemungkinan ia akan hengkang jika suatu ketika pasar mulai sepi
dan pindah ke pasar yang lebih ramai.
Namun dengan
pemberdayaan warga local, maka pasar akan tetap ramai. Pasalnya warga merasa
memiliki pasar ini sehingga tanpa keberadaan Pasar Papringan, mereka tidak akan
bisa mendapatkan tambahan uang untuk kehidupan mereka.Ketua Komunitas Mata Air Imam Abdul Rofik (29) menyebut, konsep membuat sebuah pasar di bawah rimbunan vegetasi tanaman bambu ini sebenarnya terinspirasi oleh pasar papringan yang sebelumnya pernah digelar di Dusun Kelingan Desa Caruban Kecamatan Kandangan beberapa waktu lalu.
Diselenggarakan di atas lahan bambu seluas 2.500 meter persegi, pasar ini hanya akan dibuka setiap Minggu Wage dan Pon saja, mulai pukul 6.00 sampai 12.00 WIB. Tak hanya sebagai upaya konservasi alam, terutama vegetasi tanaman bambu, pasar papringan juga ditujukan untuk mengangkat segala kearifan lokal masyarakat sekaligus merangsang pertumbuhan ekonomi warga setempat.
“Dulu tempat ini hanya digunakan warga setempat sebagai lokasi pembuangan sampah. Nah, bermula dari rasa kepedulian, akhirnya kami sepakat untuk menyulapnya menjadi pasar papringan,” jelasnya.
Di dalam pasar ini, lanjut Imam, terdapat 42 lapak dagangan yang dijalankan mayoritas oleh warga di dusun tersebut mulai olahan kuliner khas, hasil pertanian, hingga kerajinan produksi lokal masyarakat.
Jangan lupa tukar rupiahmu dengan Pring |
100 meter menuju hatimu eh ... |
Bule-pun kalap nemu tape hehe |
Enak nek ke sini jajan jajan aja tau tau kenyang. Wkwkw
BalasHapusWah, beruntung banget mas bisa dapet "ojek".
Aku nunggu mobil sampe lama. Hehe
Ya itu kuncinya, klo kita mau 'bergerak, berusaha'pasti sudah ada jalan. Daripada menunggu, aku pilih jalan owk, g suka nunggu, apalagi nunggu jawaban dari dia hahaha
BalasHapusThis structure enables you to get the most effective out of your bonus funds with out spending the complete amount directly. You may be rewarded for that right here - merely invite your folks to Ignition, and for every beneficial participant that deposits funds, you'll receive $100 - rely a further $25 on your means if they that they} use crypto. What’s thrilling about the promotions part at Ignition is that there’s one thing 코인카지노 for everybody right here.
BalasHapus