Bocah bajang, kinasihing Gusti kang Moho Welas Asih sak lawase
Rambut gimbal den cukur dimen tirto kangge suci lahir
Uwal saking cidro dadio bocah mulyo, slamet raharjo waras waris tansah yekti, lir sambi kala**
TENTANG apa yang tertulis dari serat dan babad Tanah Jawa, Dieng adalah tanahnya para dewa. Bersemayam di ketinggian, berselimut kabut, berbalut dingin menuju puncak keabadian. Dan kidung telah mengalun, mengawali prosesi suci untuk memurnikan mereka...para Anak Bajang.
Ya...sebutan anak bajang disematkan kepada mereka, anak-anak yang memiliki rambut gimbal. Bukan gimbal layaknya anak-anak punk dan reagge, namun gimbal karena takdir. Pun anak-anak ini tak memiliki darah seni untuk membuat rambut mereka menggimbal. Mereka juga bukan gembel yang tak pernah keramas sehingga rambutnya lepek, mengempel hingga sulit disisir.
Tradisi inipun bukanlah yang pertama. Berlangsung dari tahun ke tahun, musim by musim dan ketika bulan berganti...prosesi siap disaji. Candi Arjuna menjadi saksi para Anak Bajang akan menjalani lakon mereka selanjutnya, tataran hidup yang sebenarnya, melepas status bajang dan hidup normal layaknya anak kecil lainnya.
Add caption |
Toh rambut gimbal juga bukan keinginan mereka. Legenda berkisah, anak bajang adalah anak-anak istimewa. Syahdan, mereka adalah anak titipan dari para leluhur dataran tinggi Dieng yang dititipkan penguasa Laut Selatan, Nyai Roro Kidul. Karenanya, pada waktunya nanti, anak-anak ini akan kembali diminta Sang Ratu.
Legenda lain berkisah, konon adalah Kyai Kaladete yang menjadi leluhur pertama manusia di Dieng. Ia bersumpah tidak akan mandi dan memotong rambutnya sehingga akhirnya menjadi gimbal, sebelum masyarakat di Dieng makmur. Kelak, keturunannya juga akan memiliki ciri serupa, rambut menggimbal (ikal).
Karena ini pula, orang tua pemilik anak bajang, haruslah mengistimewakan mereka. Segala permintaan mereka harus dipenuhi terutama saat mereka sudah bersedia untuk dipotong rambut gimbalnya. Terlebih, rambut gimbal ini muncul tidak dari lahir namun berubah secara sendirinya. Demam tinggi dan terus mengigau menjadi penanda perubahan menuju Anak Bajang.
Prosesi pemotongan rambut hanya dapat dilakukan seusai permintaan si anak sendiri, bukan karena pengaruh dan bujuk rayu siapapun. Syaratnya, orang tua harus menyediakan semua permintaan si anak, sesulit bahkan seaneh bagaimanapun permintaan itu. Pun pemotongannya juga harus dilakukan secara ritual, tidak sembarang ke tukang cukur rambut madura atau ke salon, namun harus melalui upacara adat yang dipusatkan di Kompleks Candi Arjuna.
*
TAHUN ini, melalui DCF 2018, ada 12 Anak Bajang yang siap mengikuti prosesi pemotongan rambut gimbal. Entah kebetulan atau tidak, mereka semua perempuan. Dan semuanya memiliki permintaan yang tidak lazim namun sama sekali tidak membuat repot orang tuanya. Beberapa bahkan seolah memiliki visi untuk membantu perekonomian keluarga, sebuah pandangan masa depan dari para Anak Bajang.
Simak saja permintaan Elsa (9 tahun) yang meminta kambing jantan besar dan 2 bungkus besar roti marie. Atau Nisya yang meminta mentog 3 ekor dan sepatu roda. Begitu pula rikues Adinda yang masih berusia 6 tahun yang meminta ikan lele hidup. Bagi saya, ini adalah permintaan yang memiliki visi ke depan, menjaga stabilitas ekonomi keluarga karena tentunya rikues mereka tidak hanya untuk keperluan mereka pribadi, namun juga untuk keluarga besar.
Sisi lain, beberapa anak banyak yang meminta sepeda (yang selalu berwarna pink) ataupun handphone. Sepertinya mereka tak mau kalah kekinian, atau bisa juga mereka memiliki visi menjadi seorang sosio media strategic atau minimal jadi blogger lah. Bahkan si Laila memohon agar diberlikan tablet bergambar apel untuk mainan lo hahaha. Eh satu lagi, ia juga minta dicukur oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, sebuah rikues yang tentu sangat cerdik hehe.
Ini hasilnya... |
Tapi ada juga lo permohonan yang simpel seperti meminta bolu black forest atau 2 bungkus permen yupi plus 2 bungkus krupuk rambak. Fitria bahkan meminta bakso dan tempe gembus, sebuah permintaan lugu nan sederhana. Ada juga rikues wortel dan ayam jago. Hemmm...lugu ya, namun tentunya berdasar kicauan hati tak ingin merepotkan orang tua mereka.
Di beberapa permintaan, disertai pula jumlahnya. Jumlah ini juga harus dipenuhi atau mereka akan kembali mengalami panas tinggi lalu mengigau. Atau jika si orang tua belum mampu memenuhi, boleh saja ritual ditunda untuk tahun berikutnya sampai mereka dapat memenuhinya.
Saya sempat membayangkan, bagaimana jika rikues mereka adalah barang yang langka atau sulit di dapat, misal meminta ikan paus hidup. Kan susah tuh nangkepnya, belum juga membawanya ke Dieng, apa iya mau dicemplungin ke Telaga Merdada?
... tempe gembus |
Beberapa penonton bahkan sempat mengucap jika dirinya adalah Anak Bajang, mereka akan meminta jodoh atau mobil atau rumah. Tapi inilah Anak Bajang, mereka meminta dari hati bukan dari napsu. Permintaan mereka bukanlah duniawi namun jelas untuk tujuan yang lebih, baik bagi diri maupun keluarga dan lingkungan. Menariknya, keduabelas Anak Bajang yang dipotong rambutnya, juga menerima bingkisan spesial dari PT Nestle. Mayan kan, bisa icip icip produk-produk ternama dari produsen terkemuka ini.
... dan selepas potong rambut gembel, dilarunglah semua potongan rambut ke Telaga Merdada. Melarung semua sengkakala, nasib buruk dan semua hal yang tak baik kembali ke ibu bumi. Anak Bajang, kini siap menuju istimewa.
Senyum ceria karena roti marie |
Siap ngalap berkah ingkung sesaji |
Caping seragam para guest DCF 2018 |
**
* Ditulis sekaligus untuk merayakan pergantian nama domain baru ke guswah.id (dibaca: guswahid)
** Kidung yang ditembangkan di sela prosesi pemotongan rambut gimbal sebagai lantun doa-doa dan permohonan bagi para leluhur.
Kok lucu2 ya permintaannya, tapi roti marie yg gede kok nggak difoto, hihi
BalasHapusLucu dan nggemesin...untung g ada yg minta ketemu Pevita Pearce ya Yu hehe
Hapusenak baca tulisannya, ngalir nggak bikin yang baca jadi mikir. fotonya dibikin yang besar sekalian aja mas, biar maksimal .
BalasHapuskerenlah om blogger satu ini
Wah wah...pujiannya, i said thank you lah, itu juga berkat kamu dan mie ayam kok wewkekwek. Sukses bareng ya
HapusFoto2nya kereeeen... BTW, kok kmrn nggak papasan blas kita di sana ya? Hehe..
BalasHapusWaaa maacih mbak, sesama keren dilarang saling memuji ah hihi
HapusBikin kembali ke suasana minggu siang kala ituu baca tulisanmu mas hihi. Btw akuu pengen ayam yg dibawa pak Ganjarrr, tapiii tapiii hahaha
BalasHapusWekekeke aku pengine mbalik mbengine wae hahaha
HapusWedyaaan josss domain dot id. *salim*
BalasHapusAku ngakak sing pas bagian minta jadi sosial media strategic.
Yang paling susah nanti minta Gus Wahid jadi presiden. Hmmm~
Wekekek makasih om...namanya jg permintaan dari hati, jd tanpa napsu duniawi. Beda ma kita2 yg sdh kenal 'surgawi'
HapusUlala ... pak Ganjar hahahha hasilnya gembel banget ya Pak.
BalasHapusSelamat Mas cie, ganti nama baru, bancaan sego kuning ah! wkwkwk
Thanks ceritanya Mas, meski nggak hadir membaca kisahmu membuat merasakan ada di sana.
Maacih juga kak...salam sukses, sehat slalu
HapusUntung aja gada yg minga jodoh mas. Kalau ada ortunya bakal bingung nyariin jodohnya :D
BalasHapusLa emang kita kita yg jomblo ini hahaha
HapusSaya terakhir ke Dieng bulan Februari lalu, dan sempat mewawancara salah satu anak berambut gembel beserta orang tuanya dan juga ex anak rambut gembel yang sudah dewasa; juga tetua Dieng penggagas acara DCF untuk keperluan penulisan artikel di majalah.
BalasHapusSebenarnya yang benar itu anak rambut gembel, bukan gimbal (karena rambutnya hampir mirip dengan bulu wedhus gembel). Sementara rambut gimbal itu rambut yang dipilin hasil karya orang.
Terjadi pergeseran penyebutan dari gembel menjadi gimbal karena sebutan gembel punya konotasi yang kurang bagus.
Salam.
Tepat om...gimbal itu dibuat buat, smntr rambut gembel berasal dr takdir mreka.
HapusSpakat jg ttg kesan negatif penggunaan gembel skalian jg krg keren hehe
Suwun pencerahannya
Kalo aku mungkin mintanya di datengin oppa oppa korea
BalasHapusBiar sekalian DCF ada pengisinya kipop kipop gitu
Nah kan...angel. untung rambutmu g gembel, sakke wong tuwane hehe
HapusDari permintaan permintaan mereka, keliatan banget polosnya anak kecil yaa
BalasHapusPolos dan terucap dari hati...g mengada ada. Dan itu diucapkan serta merta usai ditanya, jd g pake mikir.
HapusKeren nih acara jadi pengen kesana deh
BalasHapusTahun depan ya om, mau bikin paket DCF 2019 nih hehe
Hapus